Monday, July 5, 2010

STRATEGI KEBUDAYAAN DALAM PEMERSATUAN BANGSA : STUDI KASUS PEMBENTUKAN IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA

Menurut Selo Soemarjan dan Soelaiman Soemardi menyatakan bahwa kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Menurut Malinomski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimilik masyarakat itu sendiri (cultural determinism). Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain (super organic). Menurut Eppink kebudayaan mengandung pengertian (nilai, norma, ilmu pengetahuan, serta keseluruhan struktur social, religius, serta segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi cirri khas suatu masyarakat,
Menurut Ali Moertopo (1978), strategi pada hakekatnya berarti: hal-hal yang berkenaan dengan cara dan usaha menguasai dan mendayagunakan segala sumber daya suatu masyarakat, suatu bangsa, untuk mencapai tujuannya. Lebih lanjut Moertopo memperinci pendekatan strategis ke dalam lima ciri, yaitu:

1. Memusatkan perhatian kepada kekuatan, kepada power. Kekuatan adalah bagaikan fokus pokok di dalam pendekatan strategis.
2. Memusatkan perhatian kepada analisa (baca:analisis) dinamik, analisa gerak, analisa aksi.
3. Strategi memusatkan perhatian kepada tujuan yang ingin dicapai serta gerak untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Strategi memperhitungkan faktor-faktor waktu (sejarah: masa lampau, masa kini dan terutama masa depan) dan faktor lingkungan.
5. Strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari peristiwaperistiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan, kemudian mengadakan analisa mengenai kemungkinan-kemungkinan serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat diambil, dalam rangka bergerak menuju kepada tujuan itu.

Dengan demikian fokus strategi kebudayaan adalah kekuatan budaya, yaitu kedekatan manusia dengan pandangan hidupnya sehubungan dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Menurut Moertopo, bahwa strategi kebudayaan dengan sendirinya memandang kebudayaan sebagai kekuatan, yaitu humam resources potentials (sumber daya manusia) dan natural resources potentials (sumber daya alam).
Silat, mempunyai pengertian gerak bela diri yang sempurna, yang bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri/ manusia dari bela diri atau bencana. Dewasa ini istilah pencak silat mengandung unsur-unsur olahraga, seni, bela diri dan kebatinan. Definisi pencak silat selengkapnya yang pernah dibuat PB. IPSI bersama BAKIN tahun 1975 adalah sebagai berikut :
"Pencak Silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela/mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sejarah Pencak Silat
Tradisi silat diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid. Karena hal itulah catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan. Kebanyakan sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain. Silat diperkirakan menyebar di kepulauan sumatra semenjak abad ke-7 masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan. Meskipun demikian, silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku melayu dalam pengertian yang luas, yaitu para penduduk daerah pesisir pulau sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah di pulau-pulau Jawa, Bali, Kalimantan, dan lain-lainnya juga mengembangkan sebentuk silat tradisional mereka sendiri.
Perkembangan pada zaman sebelum penjajahan Belanda
Para ahli pembelaan diri dan pendekar mendapat tempat yang tinggi di masyarakat. Begitu pula para empu yang membuat senjata pribadi yagn ampuh seperti keris, tombak dan senjata khusus. Pasukan yang kuat di zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit serta kerajaan lainnya di masa itu terdiri dari prajurit-prajurit yang mempunyai keterampilan pembelaan diri individual yang tinggi. Pemukupan jiwa keprajuritan dan kesatriaan selalu diberikan untuk mencapai keunggulan dalam ilmu pembelaan diri. Untuk menjadi prajurit atau pendekar diperulan syarat-syarat dan latihan yang mendalam di bawah bimbingan seorang guru. Pada masa perkembangan agama Islam ilmu pembelaan diri dipupuk bersama ajaran kerohanian. Sehingga basis-basis agama Islam terkenal dengan ketinggian ilmu bela dirinya. Jelaslah, bahwa sejak zaman sebelum penjajahan Belanda kita telah mempunyai sistem pembelaan diri yang sesuai dengan sifat dan pembawaan bangsa Indonesia.
Perkembangan Pencak Silat pada zaman penjajahan Belanda
Pencak Silat atau pembelaan diri Nasional, karena dipandang berbahaya terhadap kelangsungan penjajahannya. Larangan berlatih bela diri diadakan bahkan larangan untuk berkumpul dan berkelompok. Sehingga perkembangan kehidupan Pencak Silat atau pembelaan diri bangsa Indonesia yang dulu berakar kuat menjadi kehilangan pijakan kehidupannya. Hanya dengan sembunyi-sembunyi dan oleh kelompok-kelompok kecil Pencak Silat dipertahankan. Kesempatan-kesempatan yang dijinkan hanyalah berupa pengembangan seni atau kesenian semata-mata masih digunakan di beberapa daerah, yang menjurus pada suatu pertunjukan atau upacara saja
Perkembangan Pencak Silat pada pendudukan Jepang
Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik Belanda. Terhadap Pencak Silat sebagai ilmu Nasional didorong dan dikembangkan untuk kepentingan Jepang sendiri, dengan mengobarkan semangat pertahanan menghadapi sekutu. Di mana-mana atas anjuran Shimitsu diadakan pemusatan tenaga aliran Pencak Silat. Di seluruh Jawa serentak didirkan gerakan Pencak Silat yang diatur oleh Pemerintah. Di Jakarta pada waktu itu telah diciptakan oleh para pembina Pencak Silat suatu olarhaga berdasarkan Pencak Silat, yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan olahraga pada tiap-tiap pagi di sekolah-sekolah. Usul itu ditolak oleh Shimitsu karena khawatir akan mendesak Taysho, Jepang. Sekalipun Jepang memberikan kesempatan kepada kita untuk menghidupkan unsur-unsur warisan kebesaran bangsa kita, tujuannya adalah untuk mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi demi kepentingan Jepang sendiri bukan untuk kepentingan Nasional kita.
Namun kita akui, ada juga keuntungan yang kita peroleh dari zaman itu. Kita mulai insaf lagi akan keharusan mengembalikan ilmu Pencak Silat pada tempat yang semula didudukinya dalam masyarakat kita.


Perkembangan pencak silat setelah zaman kemerdekaan
Banyaknya aliran dan perguruan yang mengajarkan pencaksilat dengan alirannya sendiri-sendiri merupakan khasanah budaya tersendiri di Indonesia, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti pertikaian antar perguruan silat melalui Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia maka pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta terbentuklah IPSI yang diketuai oleh Mr. Wongsonegoro.
Program utama disamping mempersatukan aliran-aliran dan kalangan Pencak Silat di seluruh Indonesia, IPSI mengajukan program kepada Pemerintah untuk memasukan pelajaran Pencak Silat di sekolah-sekolah.
Pembentukan IPSI merupakan salah satu bentuk strategi budaya untuk tetap mempertahankan pencak silat sebagai salah satu budaya Indonesia, karena tujuan awal dari silat telah berubah silat tidak lagi hanya sebagai alat untuk perlindungan diri atau olah raga saja, akan tetapi silat telah menjadi beberapa aspek yang memang perlu di wadahi, beberapa aspek tersebut antara lain :
• Pencak Silat sebagai ajaran kerohanian
• Pencak Silat sebagai seni
• Pencak Silat sebagai olahraga umum
• Pencak Silat sebagai olahraga prestasi (olahraga pertandingan)

Dan hingga sekarang dari pembentukan IPSI tersebut juga menggerakkan Negara-negara rumpun yang mempunyai akar budaya silat juga yaitu Negara-negara rumpun melayu, Malaysia, singapura, Brunei Darussalam, Thailand, Vietnam. Tidak hanya itu untuk menyatukan bangsa-bangsa yang mempunyai silat di bentuklah PERSILAT (Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa). Pencak silat juga telah menyebar kebenua eropa. Bahkan disana juga telah dibentuk EPSF (European Pencak Silat Federation) . berkembangnya pencak di tataran dunia memang tidak bisa dilepaskan dari awal pembentukan organisasi yang mewadahi seluruh perguruan-perguruan pencak silat diindonesia yaitu IPSI, strategi budaya ini telah berkembang yang pada awalnya hanya untuk melindungi budaya dalam lingkup Indonesia saja tapi kini menjadi suatu khasanah budaya yang dikenal dunia secara luas.

0 komentar:

Post a Comment