Friday, January 27, 2012

Peran Indonesia Dalam Perubahan Iklim: Antra Kepedulian Dan Kepentingan


Oleh: Achmad Fahmi*

Isu Global Warming merupakan isu yang hangat diperbincangkan oleh berbagai orang di penjuru dunia. Perubahan iklim yang mulai dirasakan di berbagai penjuru dunia, Anomali iklim dari banjir saat musim panas, musim dingin berkepanjangan, musim kemarau yang panjang, serta dampak lainnya.
Perubahan iklim dan Pemanasan Global juga tidak hanya berdampak pada kacaunya cuaca saja, melainkan dari dampak perubahan iklim, produktifitas dalam sector pertanian dan peternakan terganggu. Dan hal ini menyebabkan terganggunya ketahanan pangan dunia. Dampak dari hal ini juga menyebabkan ketidakstabilan harga bahan pangan yang menyebabkan perubahan fluktuatif ekonomi dunia.
Pemerintah Indonesia agaknya juga tidak mau ketinggalan dalam memberikan peran dalam isu perubahan iklim. Pada tahun 2007 lalu pemerintah Indonesia menyelenggarakan United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) alias Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim itu akan berpusat di Bali International Convention Centre (BICC). Acara ini memakan biaya besar, dari harian tempo dirilis bahwa kegiatan ini menghasilkan dana sebesar 114 Miliyar Rupiah.
Selain melalui konferensi tersebut pemerintah Indonesia juga aktif dalam menyampaikan isu yang sama dalam berbagai pertemuan internasional. Dari keaktifan Indonesia dalam membahas isu ini, nama dan peran Indonesia dalam penanganan isu perubahan iklim melejit di pergaulan internasional. Tentunya ini merupakan sebuah keuntungan untuk pencitraan pemerintah Indonesia di tataran global, dibandingkan peran Indonesia di bidang lainnya.
Keuntungan Indonesia?
Mungkin tumbuh pertanyaan dibenak kita, sebenarnya keuntungan apa yang diperoleh Indonesia secara luas dalam isu perubahan iklim? Bukankah sektor-sektor lain harusnya lebih diperhatikan oleh pemerintah dibanding dengan isu perubahan iklim.
Data dari Handbook of Energy and Economic Statistics in Japan 2009, The EDMC Japan, menyebutkan bahwa emisi CO2 yang dikeluarkan Indonesia pertahun adalah 336 juta ton, sedangkan emisi CO2 rata-rata Negara di dunia adalah 27347 juta ton. Dari sisi jumlah emisi yang dilepaskan Indonesia masih jauh di bawah rata-rata pengeluaran emisi Negara-negara di dunia. Tapi kenapa pemerintah kita begitu getol dalam mengangkat isu ini? Mari kita bandingkan dengan sektor lain, dari sektor energy, electricity per capita Indonesia hanya 567 KWh, sedangkan rata-rata Electricity penduduk dunia 2610 KWh.
Dari perbandingan data di atas, terlihat jelas bahwa emisi carbon yang dilepaskan Indonesia masih jauh dibawah rata-rata penduduk dunia, namun perhatian pemerintah Indonesia mengenai sektor ini begitu besar.  Sedangkan sektor energy yang begitu besar pengaruhnya terhadap hajat hidup orang banyak tidak mengalami perlakuan yang sama.
Nampaknya motif politik dan keberterimaan di pergaulan internasional, serta posisi yang belum diambil oleh Negara lain dalam isu perubahan iklim, menjadikan pemerintah Indonesia mengambil peran ini. Selain itu jika wacana mengenai carbon tax behasil diratifikasi oleh negara lain, Indonesia akan mendapatkan kompensasi berupa dana dari negara-negara yang mempunyai emisi carbon tinggi karena Indonesia memiliki hutan hijau yang menyerap emisi carbon. Selain mendapatkan nama tenar dalam isu perubahan iklim, Indonesia juga akan mendapatkan kucuran dana sebagai tindak lanjut dari berlakunya carbon tax.
Masihkah kita percaya bahwa pengambilan peran tersebut karena ketulusan dan kepedulian lingkungan? Saya rasa tidak. Wa Allahu a’lam bishawab.

*Presiden Gama Cendekia UGM, Baktinusa DD UGM.

0 komentar:

Post a Comment