Monday, May 27, 2013

Zuhud Seorang Pemimpin

"Mengumpulkan kekayaan tdk dilarang. Membuat kekayaan mjd kebahagiaan tugas sbg muslim. Meramu kekayaan & kebahagiaan mjd keikhlasan mrpkn pencapaian spiritual dan pertanda rahmat & keberkahan Allah SWT."
-Ust. Fathurrahman Kamal-

Penilaian masyarakat terhadap orang biasa (bukan pejabat) ketika orang tersebut berubah menjadi kaya hanya dinilai dengan standar Halal-haram. apakah harta yang didapatkannya halal atau haram? jika memang halal, masyarakat secara umumpun akan menerimanya dengan biasa saja. "pantaslah dia bisa menjadi kaya"

namun komentarnya akan berbeda ketika yang dihadapi adalah orang publik (pejabat). standar yang dipakai untuk menilai tidak bsa disamakan dengan orang biasa, karena dia pejabat publik. Masyarakat akan menambahkan aspek 'royal' atw tidak gaya hidupnya. meski dia memang sudah kaya sebelum jadi pejabat.

inilah tantangan gaya hidup seorang pejabat publik, yang tidak cukup dengan penilaian hartanya Halal atau haram, tapi juga zuhud tidaknya dia dalam gaya hidupnya.

Memilih untuk hidup zuhud, padahal dia punya kemampuan untuk kaya dan menikmati berbagai fasilitas kemewahan. bukan memang karena dia miskin, lalu mengaku zuhud. inilah yang akan menjadi lumbung pahala dan keberkahan di sisi Allah, dan penghormatan dari manusia.

banyak contoh pemimpin muslim di negeri ini yang melakukan hal demikian. Natsir, Syafruddin Prawiranegara, bahkan Ust. Rahmat Abdullah juga lebih memilih zuhud dibanding memantaskan diri menjadi orang kaya baru dengan jabatan publik yang diembannya..

Semoga Allah memberkahi kita semua, untuk tetap meletakkan harta di bawah keimanan dan keislaman.

#refleksisiang 

1 comment:

  1. zuhud dan miskin, beda tipis. Kalau zuhud meninggalkan dunia padahal dunia bisa berada di tangannya, namun miskin di tinggalkan oleh dunia,

    ReplyDelete