Sunday, June 30, 2013

Memetik Hikmah Pulang Kampung Part 1: Perjalanan Pulang

"bu, aku jadi pulang siang ini, mungkin sore baru sampe rumah"

akhirnya memutuskan untuk pulang setelah menimbang banyak hal, pertama di hari yang sama ada tawaran motret kerjasama dengan BPPPTK untuk mengambil gambar merapi, namun karena cuaca sedang tidak mendukung untuk sampai puncak, maka di tunda sampai tiga hari kedepan. sedangkan di sisi lain sejak dua minggu yang lalu ibu mengharap aku bisa pulang untuk menemani beliau di acara haul Habib Achmad bin Aly Alatas di pekalongan sekaligus acara keluarga besar di sana sekalian. karena kegiatan motret di tunda, lebih baik pulang karena saya yakin di rumah akan banyak hikmah dan manfaat yang bisa dipetik.

sebelum makan sempat diskusi ngebahas salah satu buku "medici Effect" salah satu buku yang secara teoritis dulu dijelaskan oleh mentor menulis pertama saya di jogja, Mas Yusuf Maulana. diskusi cukup panjang sambil sarapan, dan akhirnya menunda sekian menit dari keberangkatan yang harusnya jam 9 pagi.

perjalanan pulang naik trans jogja ke terminal jombor, jalan kaki dari asrama ke shelter manggung di ringroad. pas berangkat ada yang nanya "kok jalan kaki mi? gak minta anter sama anak LPI?" | "kalau masih bisa sendiri ngapain ngrepotin yang lain." saya termasuk orang yang enggan meminta bantuan kalau segala sesuatunya masih dilakukan sendiri.

perjalanan sampai rumah kira-kira sampai 6 jam, sudah dihitung waktu nunggu bus, dan sebagainya. Ingat saat bersafar, itu termasuk doa yang mustajab. maka dalam perjalanan tak lupa sebuah doa sederhana untuk abah yang sudah meninggal dan sebuah al-fatihah. dari perjalanan jam setengah sepuluh pagi, baru sampai di rumah jam empat sore. sampai di rumah sudah capek, dan siap-siap melanjutkan perjalanan esok hari ke pekalongan tiga jam..

dalam setiap perjalanan memang ada bisa menunjukkan karakter masing-masing orang. sekian lama melakukan safar dengan beberapa orang, saya bisa melihat karakter-karakter asli dari seseorang dan mengambil pelajaran darinya. Mungkin ada rekan perjalanan yang begitu tidak sabaran dan bingungan ketika ada masalah dalam perjalanan, apa saja bisa jadi masalah termasuk hal kecil, karena dalam keadaan capek, semuanya bisa sangat mudah tersulut emosi. dan disitulah tempat belajar dan mentadaburi, ternyata beremosi ketika menemukan masalah dalam perjalanan, tidak menyelesaikan masalah. Dari situ saya belajar untuk bersikap lebih tenang dalam safar, dan saya berhutangrasa pada orang tersebut, karena telah mengajarkan pada saya dengan sebuah pertunjukkan bak sebuah film yang mempunyai tujuan moral..

bersafarlah karena disana banyak nilai hidup yang bisa dipetik

0 komentar:

Post a Comment