Sunday, September 29, 2013

Da'i-da'i Kecil

Minggu kemaren saat mendampingi santri baru LPI di Kajian dengan ust. Umar Basyarahil. Lebih tepat disebut kajian pengantar santri-santri baru selama di LPI mereka punya beberapa tanggung jawab. Penekanan dalam kajian itu adalah, "kita adalah dai yang punya tanggung jawab terhadap bangsa ini. yang dimulai dengan tanggung jawab dakwah kepada keluarga sendiri"

Ada sebuah cerita menarik dikisahkan oleh ustadz Umar. Salah satunya adalah tentang Dai-dai kecil di keluarganya masing-masing yang membawa perubahan dalam pemahaman keagamaan keluarganya.

Kisahnya di mulai ketika seorang anak kecil kelas 5 SD memaksa orang tuanya untuk pindah ke sekolah islam. Sang ayah menunda permintaan sang anak, karena beberapa saat lagi masa pembelajaran di semester ini akan habis. Namun sang anak tetap ngotot untuk pindah sekolah ke SD IT Nurul Fikri Depok. Singkat cerita sang anak pindah ke Nurul Fikri. dan rentetan perubahan dalam keluarganya di mulai.

Keluarga ini sebelumnya tidak pernah mengajarkan shalat pada anaknya. bahkan untuk shalatpun bisa dibilang ditinggalkan. Anak ini membawa apa yang diajarkan di sekolah ke rumah. Mengingatkan ayah ibunya untuk shalat, pakai kerudung, dan segala hal tentang praktek ibadah dan muamalah singkat dalam agama Islam. Kedua orang tuanya menjad tak enak hati sekaligus kagum dan bangga terhadap anaknya. Anak sekecil itu begitu bersemangat dalam berislam. Berawal dari situ sang ayah pun akhirnya memutuskan untuk belajar islam, menjadi aktivis masjid, dan bergabung dalam jama'ah dakwah.

kejutan tidak berhenti di situ. Ketika berkunjung ke rumah neneknya di surakarta, sang anak melakukan hal-hal sederhana yang ia lakukan di rumah. Pun sama dengan ayahnya, kakek-neneknya terkejut dengan perubahan dalam keluarga anaknya. keluarga kakekpun perlahan berubah menjadi orang yang mencoba berislam dengan lebih tekun.

so, dari seorang anak kecil kita bisa melihat transformasi dari sebuah keluarga yang kering dengan suasana keislaman menuju keluarga dengan susana islami, bisa tercipta.. tanpa harus menunggu untuk berilmu banyak, tanpa menunggu menjadi dewasa... kita bisa menjadi martir dakwah di keluarga kita masing-masing..


balik ke diri sendiri... sudah ngapain aja di keluarga?? jarang pulang? halaqah keluarga di rumah cuma klo pulang doank. pun itu cuma sehari dua hari dan paling maksimal cuma seminggu. Suasana keislaman di rumah juga belum terlalu hidup. #arghhh jadi merasa berdosa terhadap keluarga sendiri..

2 comments:

  1. Iya. Dakwah ke orang terdekat memang kayaknya yg paling berat ya? :|

    ReplyDelete
    Replies
    1. bukan berat mbak Lia.. tapi treatment-nya beda dengan dakwah kampus.
      karakteristik dakwah keluarga adalah keberanian menegur dan keteladanan. konsistensi antara yang diajarkan di rumah dengan perilaku menjadi kunci utamanya. dan itu bisa dilakukan kalau sering di rumah.. T.T lha ane? pulang aja 3 bulan sekali... itupun kalau inget..

      Delete