Thursday, January 23, 2014

Tentang Menahan Marah dan Ujian Kesabaran

Setelah menekuni program tazkiyatun nafs (tasawuf) beberapa bulan terakhir, selama proses mujahadah ada banyak ujian dalam menjalaninya. Salah satunya adalah proses menahan marah, lebih spesifiknya menghindari kemarahan yang bukan di dasari karena Allah. Tidak mudah memang, tapi itulah ujian untuk berproses menjadi lebih baik. Setiap ujian akan ada hasil yang membuktikan seseorang layak untuk masuk ketingkatan selanjutnya.

Kemaren ada ujian kesabaran datang kembali, kali ini bertempat di tempat penjilidan skripsi. Setelah malam sebelumnya aku sudah ngeprint rangkap tiga skripsi dengan ditunggui satu-satu dan disusun sendiri, agar tidak ada kesalahan karena hal-hal teknis. Semuanya saya susun sendiri. Setelah semuanya selesai, aku bawa tiga eksemplar skripsi tersebut ke tempat jilid. Order saya tuliskan dengan rinci, ada satu kekhawatiran dariku yakni, tidak dicetaknya cover berbahasa arab di sisi kanan buku. Karena kekhawatiran itu, aku ngewanti-wanti' sama karyawan copy center, yang bagian cover arab ini jangan sampai lupa, karena penjilidan skripsiku berbeda dengan skripsi lain. Perbedaannya ya karena ada ringkasan skripsi berbahasa arab-nya yang mengharuskan dia dijilid dari sisi kanan. Saking khawatirnya saya bilang ke mas petugas copy center, "saya tungguin bikinnya mas", tapi sepertinya tidak bisa, karena mengerjakannya sampai larut banget, akhirnya, saya dijanjikan untuk dapat mengambil hasil jilidan pukul delapan pagi.

Jam sembilan pagi aku berangkat dari asrama untuk mengambil jilid skripsi, karena janji dengan dosen untuk tanda tangan itu jam setengah sepuluh.jilidan dikeluarkan dari ruang penjilidan, dan hasilnya adalah... salah...
hal yang saya khwatirkan terjadi, langsung meledak emosi..
"salah ni mbak, gmana sih!! saya kan sudah bilang bagian yang belakang pake cover berbahasa arab"
"mungkin lupa mas"
"mungkin lupa gimana, ini emang lupa" muka mbaknya mulai gak enak.
"bentar mas saya panggilkan yang jilid"
sejenak kemudian datang mas-mas petugas jilid.
"ini mas salah, harusnya bagian yang kosong ini tercetak cover berbahasa arab dengan tinta emas"
masnya langsung ngambil skripsinya dan membawanya ke belakang.. dan mbak-mbak foto kopian mulai mendekat kembali.
"maaf, mungkin karena ada salah"
"masih aja bilang mungkin salah, ini udah jelas-jelas salah, masih aja bilang 'mungkin salah' " mbaknya mundur teratur gak berani ndeket, dan akhirnya duduk di kursi jauh dari saya..

selama proses menunggu diperbaiki, emosi saya masih belum reda.. #huft dah lama gw kagak marah besar. setelah bisa menenangkan diri, keadaan bisa kembali seperti semula. Aku nanya kembali ke mbaknya,
"mbak ini jadi jam berapa?"
"bentar mas... eee...eee.."
"jawab donk mbak.. saya sudah telat janjian sama dosen, saya terancam gak bisa wisuda!!" sambil pukul-pukul meja ringan..
"gak lebih dari satu jam mas".

Astaghfirullah, gw kejam banget ye, klo pas meledak-ledak. semua orang di copy centre cuma terdiam melihat saya marah-marah. dari kejadian di atas, aku sadar masih belum bisa mengendalikan emosi sepenuhnya dalam kondisi tidak nyaman dan tertekan. Masih butuh mujahadah menahan marah lebih keras biar lulus ujian. Keimanan itu butuh tindakan, dan tindakan itu adalah ujian dari keimanan, jika lulus maka jadilah naik ke tingkat keimanan yang lebih baik, dan akan datang ujian yang lebih berat lagi, ketika lulus akan ada ujian berikutnya, sampai berpisahnya ruh dari jasad ujian akan datang terus..
khalaqa al-mauta li-yabluwa kum ayyukum ahsanu 'amala..

Jalan panjang menuju ma'rifatullah dan kesempurnaan iman akan dihiasi dengan ujian.. semoga Allah memberikan kekuatan dan menakdirkan kita semua menjadi hamba dengan kerinduan bertemu denganNya dalam keadaan terbaik.

0 komentar:

Post a Comment