Saturday, January 8, 2011

Ketika Nasihatku Ditanggapi dengan Resistensi

"bagaimana bisa aku menasehatinya untuk menjadi baik, jika itu hanya dianggap sebagai teguran, keberatan dan timbul resistensi darinya"


satu pertanyaan yang selalu berngiang dalam diriku, melihat beberapa perilaku sahabatku dan kawan seperjuanganku telah berubah sikap, tidak lagi menjunjung nilai-nilai dakwah. sahabatku yang sama-sama masuk dalam jama'ah dakwah yang bertujuan bisa saling menjaga masing-masing individu dalam kebaikan.. bukan seperti orang-orang di luar sana yang sudah mulai tak bangga dengan keislamannya, diluar sana yang mulai meminggirkan nilai islam, dan menganggap yang berlaku umum di masyarakatlah yang benar...


"saya mau meninggalkan masa kejahiliyahanku semasa SMA, dan merubah diri menjadi muslim yang baik"
itulah beberapa penggal kata yang aku dengar dari teman seperjuanganku dulu. saat dia mengazamkan
diri untuk merubah diri dan berjuang atas nama dakwah, dan akupun selalu mendukungnya dan berjalan bersamaan dirinya dalam satu jamaah dakwah.


namun sekarang, kenapa sahabat seperjuanganku, sahabat sejak masa awal bersama-sama memutuskan berhijrah ingin jadi muslim yang baik dan membersamaiku dari masa sulit hingga sekarang........ kembali ke masa yang ia sebut melalui kedua bibirnya sebagai masa kejahiliyahannya.


kulihat dia mulai menggandeng pasangan barunya, berboncengan kesana kemari seperti dunia ini seakan milik mereka berdua. padahal dulu semasa SMA dia sudah berjanji tidak akan pacaran lagi, sesaat dia memutskan untuk berubah. setelah mendapatkan materi dari murrabbi kami, dari ustad kami tentang interaksi dengan lawan jenis.


kenapa sahabatku berubah?? siapakah yang salah...??


kucoba mendekatinya sehalus mungkin tanpa mau menyindir atau terlalu mengguruinya, sebagai seorang sahabat aku juga tak mau dia terjebak dengan hal-hal yang menjauhkannya dengan Allah. tapi apalah daya, dia selalu menghindar. menghindar ketika aku mau mengajaknya berbicara dari hati ke hati, berbicara dengan penuh tanggung jawab dan sebgai orang yang dewasa.


aku juga tidak mau fitnah dan gunjingan terhadap dirinya terus membesar di antara teman-teman yang lain.
namun, yang timbul dari dirinya adalah resistensi, beban. serta menganggapku sebagai orang yang sok Alim, dan luput dari dosa... dan semuanya dianggap sebagai teguran sampah.....


ya Allah kenapa sahabatku telah berubah jauh. bagaimana aku bisa menasehatinya lagi untuk kembali ke jalan yang dulu kita azamkan bersama? apakah karena aku tidak menjadi sahabat yang baik baginya??


Walaupun resistensi yang timbul, aku selalu ingin bicara dengannya dari hati ke hati, mengetahui semua masalahnya, mengetahuinya sedekat mungkin. dan mencari solusi bersama-sama untuk kebaikan semuanya.


hal yang sama yang kulakukan pada adik perempuanku, berbicara menumpahkan semua keluh kesahnya, diiringi bulir-bulir air mata yang mengiris hati, sehingga aku bisa memahami posisinya dan mengarahkannya kembali pada apa yang seharusnya dengan halus, menyakitkan diawal namun semua rasa sakitnya hilang seketika............. karena semuanya tertumpah dari hati dan kasih sayang terhadap saudara.... kasih sayang yang diridhoi Allah, cinta yang suci dari kehangatan persaudaraan...

0 komentar:

Post a Comment