Sunday, November 4, 2012

Mengingat Kematian

Berita meninggalnya dua sahabat kami dalam sebuah kecelakaan Bus di Purwokerto langsung saja membuat teman-teman sesama aktivis dakwah kampus riuh ramai, keriuhan tampak di Twitland maupun di dunia nyata. Sahabat kami dari FULDFK (Forum Ukhuwah Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran) syahid dalam perjalanan dakwahnya, semoga Allah mengumpulkannya bersama para Syuhada'. Karena Rasul pernah bersabda bahwa meninggalnya seseorang dalam rangka mencari ilmu, maka matinya seperti matinya para syuhada'. Semoga Allah menerima semua amal dan perbuatannya dan memberikan rahmat-Nya yang akan mengantarkannya ke Jannah.

Setiap mendengar berita kematian, selalu saja bulu kuduk ini merinding dan berdiri, teringat kejadian kematian eyang putri kami dan abah kami. Rasa kehilangan orang-orang yang kita sayangi pastilah hadir berkecamuk dalam setiap orang yang punya kenangan manis bersamanya. memang kematian menjadi sebuah rahasia dari sang Khaliq, manusia hanya bisa mempersiapkan diri menghadapi malaikat izrail yang bisa kapan saja diperintahkan Allah mencabut nyawa kita.

Masih sangat jelas dalam benak ini, baru beberapa menit berbincang dengan Eyang putri, sesaat kemudian eyang sudah dipanggil Allah. saat itu aku masih kelas 2 SMP, hari Jum'at setelah shalat jum'at Eyang datang ke dapur dan menyapaku
"bikin mie Rebus, mi?. nanti kalau sudah selesai, tolong panci yang isinya air itu ditumpangkan ke tungku"
"iya, Yang" 
aku pun kembali ke ruang TV untuk menghabiskan mie rebus. setelah selesai dengan mie rebus, aku kembali ke dapur untuk mencuci mangkok bekas mie rebus. aku temukan eyang putri terbujur di depan tungku, perasaan penasaran seketika menghampiri, "kenapa eyang rebahan disitu?" batinku berbisik. Aku pastikan dengan mendekati Eyang, menggoyang-goyang tubuhnya, karena sebagian tangannya terbakar api dari tungku kayu di rumah kami. Seketika itu juga, mata ini mengelurkan air mata dan aku berteriak sejadi-jadinya, entah apa perasaan yang berkecamuk, tapi yang terlintas dipikiranku hanyalah berteriak dan menangis sekeras-kerasnya. aku berlari kedalam rumah mencari abah sambil teriak.."eyaang..eyang.." teriakku sambil menangis sejadi-jadinya. mungkin abah masih bingung, apa yang sebenarnya terjadi. Dengan sigap abah lari ke dapur dan memapah Eyang ke dalam kamarnya. dan semua orang dalam rumah pun menangis. karena tak menyangka secepat itukah kami berpisah dengan salah satu orang yang disayangi. kejadian pertama kehilangan orang dekat yang mungkin tak akan aku lupakan.

Sakaratul maut menjadi sebuah hal yang menyakitkan, bahkan bagi orang yang paling dikasihi Allah, Rasulullah Muhammad merasakan sakitnya sakaratul maut. lalu bagaimana dengan kita yang shalat saja masih sering lupa, atau bahkan mungkin menyepelekan.
"Ya Allah Siapkanlah diri kamu menghadapi sakaratul maut"

Ya Dzal Jalali wal ikram, amitna ala din al-Islam, Ya Rabbi wakhimlana minka bikhairi ajma'in.

0 komentar:

Post a Comment