Sunday, November 25, 2012

Perjuanganpun Baru Dimulai

Sejenak siang ini kusempatkan untuk ke apotek untuk menanyakan perihal resep dokter yang diberikan, obat untuk si G yang memang harus segera dibeli dan digunakan. Meluncur dengan perlahan dengan sepeda biruku, huh sudah lama sekali saya menggunakan sepeda ini, tercatat sejak semester 1, saat pertama kali berhijrah ke jogja, abah menyuruh sepeda ini dibawa ke jogja, alasannya sangat simpel , untuk mobilitas selama kuliah sambil sempat berjanji, "nanti kalau sudah ada rezeki abah belikan motor". Satu semester berjalan abah dijemput Allah. Yah mungkin memang belum rezekinya, tapi ya itu sudah takdir dari Allah. pun aku tak pernah menuntut untuk punya sepeda motor, buat aku bisa kuliah saja sudah cukup.

sengaja aku pilih Apotik Gadjah Mada di sendowo, alasannya simpel, karena apotek ini aku anggap punya obat yang aku cari, karena di apotek sebelumnya tak ada obat yang tertera di resep dokter. Petugas apotek dengan ramah menyapa "ada yang bisa dibantu, mas?" Tanpa berkata satu patah katapun aku sodorkan resep obat dari dokter. mungkin ini jadi kebiasaanku atau mungkin kebanyakan sifat dari laki-laki, ngomong kalau butuh doank, kalo ga perllu ngomong ya cukup tindakan saja.

Sejurus kemudian petugas apoteker mengutak-atik komputer mencari obat yang kucari.
"Glaopen harganya 138 ribu mas"
"hmmm... ada yang generik g mbak?"
"Sebentar ya mas." mbaknya ngeluyur masuk ke dalam ruang apoteker memastikan apakah ada obat versi generik atau tidak dengan kandungan yang sama.
" gak ada mas"
" ya udah itu ga papa yang itu aja mbak"
"jadi diambil resep ini?" mbak apoteker mencoba memastikan.
"iya" mau bagaimana lagi, obat ini memang harus ditebus, tidak bisa tidak seperti yang udah aku tulis di blog sebelumnya.

Aku pilih sebuah sofa empuk di seberang loket pelayanan obat sambil menunggu obatnya dipersiapkan,
"enak juga ini kursi, tapi dari bentuknya tidak ergonomis" batinku, kebiasaan mengkritik ini selalu saja muncul pada hal-hal kecil di sekitarku, kadang kebiasaan ini muncul begitu saja dan saya sesalkan kalau sudah terucap, karena bisa membuat sakit hati orang lain yang dikasih kritik.

"obat untuk saudara Achmad Fahmi"
"ini obatnya di simpan di lemari es ya mas, suhunya harus 2-8 derajat, diteteskan  saat malam hari sebelum tidur"

Ini mungkin babak lanjutan dari perjuangan melawan kebutaan, setelah diagnosa satu tahun yang lalu. setiap malam harus bersabar meneteskan obat ini sebelum tidur, setiap hari selama saya masih hidup. Perjalanan perjuangan panjang ini baru dimulai, dengan perjuangan dan jihad di bidang lain. ada banyak alasan untuk menyerah pada keadaan dan pasrah begitu saja, tapi saya mengambil pilihan ini pilihan untuk bertahan dan mencoba untuk sembuh walaupun tak ada jaminan sembuh atau mengembalikan semuanya pada keadaan normal tanpa penyakit. Menghalangi untuk tidak mencapai stadium berikutnya saja itu sudah sangat cukup bagiku.

Semoga Allah menguatkan, karena hanya Allahlah yang bisa menguatkan dan menyelamatkan.. Allahumasyfiy

3 comments:

  1. Semangat...baca sekilas perjuangannya kuliah dengan sepeda birunya, saya jadi berkaca diri ternyata bukan diriku saja yang berjuang untuk bisa kuliah.
    Dan yakinlah, setelah kesukaran ada kemudahan.

    ReplyDelete
  2. @anis : Amiin... semoga Allah memberkahi semua aktivitasnya..

    ReplyDelete