Friday, December 14, 2012

Jasa Personal Branding di PEMIRA UGM

Bulan desember, bulan puncak pergantian estafet kepengurusan hampir semua organisasi mahasiswa di semua tingkat di UGM. organisasi yang bersifat akademis, BSO, serta tak ketinggalan organisasi eksekutif mahasiswa pun ramai-ramai melakukan persiapan pergantian kepengurusan. yang menarik untuk diikuti dan menyedot perhatian besar dari mahasiswa UGM di semua fakultas adalah Pemira (pemilihan raya) tingkat universitas.

dalam tulisan ini saya mencoba menulis dari sudut pandang saya sebagai orang yang berkecimpung dengan produksi media massa, baik itu fotografi, video pendek, maupun film dokumenter.Masalah strategi pemenangan, pertarungan antar kubu, sokongan entitas gerakan ekstra kampus tidak akan saya bahas disini karena saya tak punya kapasitas di bidang tersebut.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya penggunaan media massa untuk pemira UGM tahun ini, jujur saya menemukan hal-hal yang mengejutkan dalam penggunaan media kampanye, terutama dalam penggunaan video pendek. ini media yang tak dipakai oleh entitas gerakan mahasiswa di UGM di tahun-tahun sebelumnya, karena kecenderungan yang dipakai tahun sebelumnya hanya pada penggunaan media visual (kertas, baliho, flyer). Keterkejutan saya menggiring saya pada hipotesis bahwa tim sukses dari entitas yang mengikuti pemira UGM tahun ini menggunakan konsultan media, atau setidaknya melibatkan praktisi dibidang media visual khususnya dalam sinematografi. Setidaknya ada tiga hal yang mendasari argument saya ini:
  1. Sejauh pemahaman dan keberirisan aktivitas saya selama ini dengan teman-teman aktivis gerakan mahasiswa, saya tidak mendapati SDM dari gerakan mahasiswa yang capable dan menggeluti dunia media audio visual. Kalaupun ada itu baru sekedar dunia media visual (baca: fotografi). Teman-teman saya yang menggeluti dunia audio visual di UGM bisa dikatakan tak ada yang bersinggungan dengan gerakan mahasiswa. Kalaupun ada presentasenya sangat kecil dan tak beraktivitas banyak di sana, mereka lebih menikmati kegiatan seni dalam bungkus media visual.
  2. Dari kualitas video yang diproduksi, jelas ini bukan pekerjaan anak yang baru kemaren sore memegang kamera dan dunia editing audio visual. Penggunaan teknik cut in yang banyak dipakai dalam video itupun membutuhkan teknik khusus dalam produksinya.
  3. Pembanding dengan media yang digunakan oleh pihak yang bersangkutan, saya menemukan ketimpangan kualitas media kampanye. Coba bandingkan saja video yang diproduksi dengan foto yang digunakan pada media poster dan baliho. Ketimpangan kualitas menunjukkan bahwa orang yang memproduksi video dan foto merupakan dua orang yang berbeda.
Dari tiga pertimbangan di bisa disimpulkan bahwa efektifitas penggunaan media audio visual dalam upaya menjaring masa pemilih, namun keterbatasan SDM internal dari mesin partai dan peserta pemira, mereka akhirnya outsourcing menggunakan jasa profesional atau praktisi dalam bidang media untuk mendukung ambisinya. ini fenomena unik karena fase pembelajaran demokrasi di kampus, hampir sama dengan fenomena penyedia jasa personal branding di dunia demokrasi Indonesia hari ini. ini pun menjadi fenomena semakin dinamisnya pesta demokrasi di kampus UGM.

kita tunggu saja hasil akhir pemira UGM tahun ini, apakah dengan penggunaan media baru dapat mendongkrak jumlah partisipan pemira? dan apakah juga banyak berpengaruh mengarahkan pemilih untuk memilih calon pengguna media visual? dan apakah fenomena penyedia jasa personal branding akan muncul di pemira tahun berikutnya?

0 komentar:

Post a Comment