Mungkin berbeda dengan kebanyakan yang hadir, yang saling berebut untuk duduk. Kami disediakan tempat tersendiri untuk duduk di barisan paling depan yang menghadap ke jama'ah. lalu kita sama-sama berzikir bersama memuja asma Allah, bershalawat kepada Nabi, dan mendengarkan tausiyah. tak sedikit yang tak bisa menahan tangis ketika berzikir dan bersholawat. dan itu memang mengharukan, rasanya seluruh badan bergetar, dan tiba-tiba air mata mengalir begitu saja. perasaannya?? buehh.. itu campur aduk, dibilang sedih, itu bukan kesedihan, lebih karena rasa haru, senang, dan takut pada Allah yang bercampur jadi satu. pokoknya susah deh dijelasin dengan tulisan..
Nah... tapi hari ini, sepi bro... di jogja jarang ada acara begituan, kalaupun ada itu di daerah sekitar luar jogja, bantul, sleman, dll..
walau ada yang bilang itu bid'ah. saya mengambil pendapat syech Yusuf Qordhawi, yang kemudian dikuatkan oleh beberapa ulama, dan jawaban dari ust. Bachtiar Natsir juga membolehkan, dengan syarat memposisikannya itu bukan sebagai ibadah, tapi hanya muamalah.
Selalu di akhir acara peringatan maulid nabi, Seluruh jama'ah yang beribu orang itu diajak untuk makan bersama untuk mengenalkan satu dengan lainnya.. dan mempersaudarakan mereka. simpel tapi itu efektif membuat loyalitas jamaah untuk selalu hadir majelis ta'lim.
sebagai ganti baca sirah dan tarikh nabawiyah sendiri, banyakin shalawat, semoga tetep mendaptkan keberkahan dari Allah dengan memperbanyak shalawat..
0 komentar:
Post a Comment