Thursday, April 18, 2013

Mau kemana?? Untuk siapa?

Mahasiswa tingkat akhir, mahasiswa yang sudah lulus dan dalam proses pasca kampus, atau yang sudah memiliki aktivitas setelah menanggalkan status menjadi mahasiswa, hendaknya ditanyakan hal demikian. setelah ini mau kemana? dan melakukan itu untuk siapa?

banyak teman-teman saya belum bisa menjawab pertanyaan demikian, termasuk saya sendiri yang belum bisa menjawabnya dengan tuntas yang bersesuaian dengan nurani.

ada teman yang mencari kerja dan akhirnya diterima. dan ketika ditanya, ente kerja disana untuk siapa? sesuaikah dengan passion ente?. jawabannya beragam, tapi kebanyakan "yang penting dapet kerja dulu" ada juga yang melanjutkan S2 karena karena ingin menutupi karena dirinya tidak mendapatkan pekerjaan. dan ketika ditanya, setelah S2 terus kemana? dan jawabannya "aku masih bingung je"

jika untuk diri sendiri dan mencukupi kebutuhan materi, Insyallah sebagai lulusan UGM bisa saja mencukupi kebutuhan pribadinya dengan sedikit memutar otak dan memanfaatkan kecerdasannya. semuanya bisa tercukupi.

hal-hal diatas sebenarnya adalah pertanyaan yang menguji diri saya sendiri untuk mendefinisikan diri sendiri dengan perspektif yang berbeda. sudahkah saya bisa mendefinisikan diri saya sendiri untuk hari ini, dua tahun kedepan, dan 10 tahun kedepan saya akan menjadi apa, posisinya dimana. kalau mendefinisikan diri dengan hal-hal yang berkaitan dengan material kok rasanya seperti menilai diri sendiri seperti hanya sekedar materi saja.

nah mari sedikit mengambil ibroh dari Jenderal Hoegeng, sang jenderal polisi terbaik yang pernah tertoreh dalam tinta emas sejarah indonesia dengan kejujurannya di Instansi kepolisian. dia adalah orang yang konsisten dengan nilai yang dibawanya, ketika ada kasus pemerkosaan perempuan di Jogja, dia dengan tegas akan membongkar semuanya sampai tuntas, walaupun yang menjadi pelakunya adalah orang yang dekat dengan kekuasaaan. Karena konsistensinya kasus tersebut akhirnya dihentikan langsung oleh presiden suharto, karena menyeret-nyeret rekan dekatnya. cerita lain dari jenderal Hoegeng, ketika dia dipindakan ke medan untuk menjadi kapolda di sana. Saat menempati rumah dinasnya, dia kaget dengan perabotan mewah yang sudah ada di dalam rumahnya, padahal harusnya tidaklah demikian. Dia keluarkan semua barang-barang mewah yang tidak semestinya ada di dalam rumahnya, ke pinggir jalan. pun ketika menjabat, banyak orang yang mencoba memberikan harta, rumah, dan lain-lainnya. namun dia tolak semuanya dengan tegas, tanpa ampun. di akhir hidupnya akhirnya dia mengundurkan diri dari instansinya, karena ketika dia mengungkap suatu kasus penyelundupan mobil mewah dan akan melaporkannya ke presiden secara langsung. ironis, ketika akan melaporkannya ke presiden, Orang yang akan dilaporkannya sudah duduk manis bercengkrama dengan sang presiden.

apa yang dibawa oleh jenderal hoegeng? apakah dia mencari dan mengejar jabatan? saya rasa tidak. apakah dia mencari harta dengan posisinya>? kita bisa menjawab tidak. Yang dia bawa adalah sebuah misi besar bahwa apa yang dia lakukan harus memberikan manfaat untuk masyarakat. dia tidak memikirkan dirinya sendiri, dia tidak mau mengkayakan dirinya sendiri seperti yang sudah dilakukan oleh kebanyakan teman-temannya yang lain. Yang membedakan dirinya dengan yang lainnya hanyalah sikapnya, sikap konsistennya dalam menjalankan apa yang dia yakini benar di semua posisi dan aktivitas yang dia jalani sebagai seorang polisi.

lalu mari tanyakan diri kita sendiri.. setelah selesai menjadi mahasiswa dan menjalani profesi apapun. apa yang kita cari? untuk apa dan siapa kita melakukan hal tersebut?. mari tanyakan ke hati kita dengan jujur dan dengan nurani yang hidup. kalau kita berhasil mendefinisikan hal ini, saya percaya akan muncul manusia sekuaitas Jenderal Hoegeng di Indonesia di berbagai profesi, akan banyak hal di bangsa ini yang bisa diperbaiki.

Refleksi Kamis sore,  setelah berdiskusi panjang dengan kakak guru.

0 komentar:

Post a Comment