Sunday, November 17, 2013

Mencari Guru Tasawuf

"seseorang yang kuat itu bukan dilihat dari seberapa besar badannya, melainkan ketika dia bisa menahan marah" Anonim

Mungkin kita sering mendapatkan perilaku tidak mengenakan dari teman, saudara, rekanan, dan lain-lain. Entah itu berupa tindakan menjatuhkan kita di depan umum, mengejek, dan perilaku-perilakunya yang menimbulkan kedongkolan dan membuat geram. Wajar sekali sebagai seorang manusia normal, kita akan marah dengan perilaku demikian. lebih-lebih kalau kita berada dalam pihak yang benar. Pun juga ketika yang diungkapkan rekan itu benar tentang diri kita, namun disampaikan di depan umum, itu juga tetap saja menimbulkan ketidak enakan hati. 

Beberapa orang mengamini dan mendukung untuk melakukan serangan balik terhadap orang-orang demikian. Aib dari sang lawan bicara akhirnya juga diumbar habis-habisan. Debat saling melotot dan adu mulut tak terhindarkan, dari kejadian itupun tak jarang bisa memicu adu jotos dan pukul, atau minimal ada benda melayang ke tubuh sang lawan. Pertengkaran berakhir, semuanya selesai.. selesai persahabatan, selesai persaudaraan, dan selesai sudah hubungan yang dibina. Banyak lho pembisik yang menyarankan kita berbuat demikian..

Mari berpikir sejenak... jika kita diperlakukan buruk oleh seseorang, dan kita membalas dengan perlakuan buruk terhadapnya. apakah itu boleh? beberapa akan bilang boleh. lalu apa bedanya anda dengan orang yang memperlakukan anda dengan buruk? akhirnya anda sama dengan mereka, sama-sama berperilaku buruk. #nahlho... lalu adakah kebaikan yang tersisa?

Gak bisa aku pungkiri, aku sendiri masih sering kebawa emosi kalau menghadapi hal demikian, di satu sisi ingin membalas dan disatu sisi ingin menahan diri. #huft memang perlu perjuangan.
Kadang merasa iri terhadap beberapa guru kami yang bisa mengelola rasa tidak enak menjadi tadzkirah bagi dirinya sendiri. ada juga yang bisa sampai ke level, diperilakukan buruk, kemudian membalas pelakunya dengan balasan kebaikan. #jeder... untuk sampai pada level itu perjuangannya ....

Semakin ke sini aku sadar, bahwa akhlak itu diajarkan bukan dengan transmisi pengetahuan layaknya ilmu-ilmu lainnya. Transmisi pengajaran akhlak itu dari mulazamah seorang murid dengan gurunya. dan itulah cara terbaik mengajarkan adab. Nah kita lihat hari ini.. dari awal anak-anak diajarkan bahwa sekolah hanya untuk mendapatkan ilmu saja, maka tak heran, banyak anak-anak pintar tapi badungnya minta ampun.

Adu satu harapanku yang entah kapan bisa tercapai, harapan itu adalah bermulazamah dengan salah satu guru tasawuf. Bagiku Tasawuf itu adalah bagian menghidupkan ruh dari aqidah dan syariah. Dalam tasawuf kita diajarkan membersihkan hati, menaikkan tingkatan iman. Mungkin saat ini aku beribadah masih karena bayang-bayang surga-neraka, dosa-pahala, halal-haram: hal itu memang tak salah, tapi ada satu tingkatan lagi yang ingin aku capai, yakni beribadah hanya karena Allah, mengharap bertemu dengannya (al-Kahfi:110), mengakuinya sebagai Rabb yang mutlak (al-a'raf 27), melakukan semuanya murni untuk Allah (al-an'am 162), dan menjadikannya satu-satunya tujuan (al-ikhlash: 1). dan aku menyadari untuk melakukan semuanya, mau tidak mau membutuhkan guru. Bukan semabarang guru, bukan pula guru yang hanya mengajarkan transmisi pengetahuan, tapi guru yang bisa mengajarkan transmisi adab. 
Semoga Allah masih memberi kesempatan untuk melakukannya.. aamiin

3 comments:

  1. mas fahmi pernah nyantri di krapyak po? :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. gak pernah, saya hanya pernah nyantri kalong di rumah, itupun hanya sebentar saja.

      Delete
  2. Bagi Anda yang sama sekali belum pernah mencoba online learning, maka Anda harus mengetahui manfaat dari belajar online atau mempunyai guru online. http://smeaker.com/31356/7-kelebihan-belajar-dan-mencari-guru-secara-online/

    ReplyDelete