Thursday, December 26, 2013

Belajar Dari Pemilik Kapal

Menikah itu seperti mau berlayar, kapalnya harus siap, nahkodanya siap, logistiknya siap, Tujuan perjalanannya sudah jelas, dan ada peta yang digunakan untuk merujuk apakah kapal benar dalam jalurnya.
Kalimat itu sering aku dengar di berbagai diskusi tentang munakahat, baik yang bersifat kajian klasikal serius maupun ngobrol-ngobrol santai dengan teman sebaya maupun orang yang sudah berumur. Beberapa hari ini aku menyempatkan diri mengunjungi dua orang sahabat yang sudah memutuskan nikah muda sejak kuliah, dua-duanya sekarang sudah memiliki masing-masing dua bayi. Aku cukup tahu cerita dari proses mereka menikah sampai keadaan mereka hari ini. Dari perjalanan hidup mereka, aku dapat mengambil banyak hikmah dan pelajaran hidup. Bukan maksud aku ikut dan nimbrung rumah tangga orang ye, tapi dari kisah perjalanan kapal rumah tangga mereka, aku memang dapat hikmah terutama dalam hal "mematangkan persiapan".

"Victory loves preparation" salah satu quote dari film the Mechaninc. Kemenangan, keberhasilan, kesuksesan itu selalu berbanding lurus dengan persiapan yang kita lakukan. Persiapannya matang maka victory adalah konsekwensi logis dari semuanya.

Dari kisah mereka berdua, aku mengambil hikmah bahwa pernikahan itu bukan masalah akad nikah dan resepsi, tapi juga tentang kesiapan menafkahi, kesiapan memberi tempat tinggal layak, kesiapan mendidik anak, kesiapan menjadi suami-istri, kesiapan menjadi ayah-ibu, kesiapan mengelola konflik, kesiapan mengelola rumah tangga, kesiapan bersosialisasi, dan persiapan lainnya. Satu hal yang aku garis bawahi dari teman pasangan-ikhwah salafy ini adalah mereka kurang mempersiapkan hal-hal setelah akad nikah. Jadi banyak masalah yang timbul seteleh pernikahan, terlebih dengan kondisi sudah memiliki dua anak. Ketika aku berkunjung ke sana, sang Istri banyak bercerita (kepada temen cewek yang kebetulan ikut) tentang keluh kesahnya, obrolan sesama wanita biasanya lebih dalam, mulai dari kehidupan pasca menikah, ekonomi, komunikasi dengan suami, beda budaya antara suami dan istri, dan beda cara hidup.

Dari semua hal itu aku bisa menarik dua kesimpulan.
1. Buat laki-laki yang mau atau akan menikah. catat besar-besar bahwa menikah itu bukan senang-senang dan serasa mendapatkan temen baru. Menikah itu tentang persiapan berlayar, anda mau mengarungi samudera. jadi harus siap dengan kendaraan terbaik dengan fasilitas terbaik. Persiapannya adalah dengan ilmu, semua ilmu yang berkaitan dengan perlayaran. Anda ini akan menjadi nahkoda, jadi semua pengetahuan tentang hal-hal yang akan terjadi dan mungkin terjadi selama pelayaran harus anda kuasai semuanya, tidak boleh tidak. Menikah adalah perkara memberikan kontribusi, bukan menunggu untuk dilayani dan dihormati. Jika anda tak siap dengan itu semua, siap-siaplah tenggelam di tengah lautan.
2. Buat perempuan, perhatikan dengan cermat ketika anda akan diajak mengarungi lautan. Pastikan anda tahu bahwa sang Nahkoda benar-benera handal dan punya ilmu.

sekian celotehnya... semoga bermanfaat
Wa Allahu a'lam bishawab...

0 komentar:

Post a Comment