Sunday, January 13, 2013

Tentang Kakek dan Bahasa Arab

Kemaren malam, entah arah angin dari mana, buku "Filsafat dan Pendidikan Islam Syed Naquib al-Attas" tergeletak begitu saja di ruangan perpus LPI, ternyata salah satu santri LPI ada yang punya buku tersebut, walaupun kgak asli / cuma fotokopian. Buku ini pernah aku cari-cari selama berbulan-bulan di toko buku seantero jogja, tapi gak ketemu juga. ini kebetulan sudah ada yang punya, gw pinjem deh akhirnya... hehe..

Pas baca dari dari buku ini udah panjang banget... sekitar 40 halaman sendiri itu masih pengantar... belon pendahuluan... 

setelah pengantar selesai, masuk ke bagian pendahuluan, pertama membahas latar belakang Syed Naquib al-Attas secara keseluruhan. Karena Syed Naquib itu orang Hadrami maka pasti juga ngebahas tentang sejarah eksodus orang Hadrami ke Indonesia. Nah, pas nyampe beberapa halaman awal, ada nama yang tak asing bagi saya sendiri... di situ tertulis nama Syed Abu Hafsh 'Umar bin Abdullah Ba Syaiban, beliaulah yang menjadi guru dari Nuruddin ar-Raniri, yang kelak akan menjadi ulama yang berpengaruh besar di Aceh dan tanah Melayu.

Nama itu gak asing buat saya, karena itu nama leluhur saya dengan marga yang sama 'Basyaiban', itu kakek saya yang keberapa ya.?? urutin silsilah keluarga dulu ah..... Achmad Fahmi bin Salim bin Achmad bin Hasan bin Muhammad bin Said bin Muhammad Bagir bin 'Abid bin Muhammad bin Abdul Wahab  bin Sayyid Sulaiman bin Sayyid Abdurrahman bin Abu Hafs Umar bin Abdullah bin Abdurrahman bin Umar bin Muhammad bin Ahmad bin Al-Imam Al-Habib Abubakar Basyaiban bin Muhammad Asadillah bin Hasan Atturabi bin Ali bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.bin Ali bin Imam Muhammad Shahib Mirbath bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidullah bin Imam al Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad an Naqib bin Imam Ali al Uraidhi bin Jaafar as Shadiq bin Imam Muhammad al Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Hussein as Sibith bin Ali bin Abi Thalib

Yap... itu nama kakek kesebelas dari pohon silsilah keluargaku. ar-Raniri saja bisa sedemikian berpengaruhnya di tanah aceh dan melayu, gurunya juga pasti hebat pula. Yap... cerita tentang kebesaran kakek saya ini memang sudah sering dibicarakan di forum keluarga 'basyaiban' maupun di forum klan besar 'ba'alawy' yang merujuk pada keturunan al-imam Ahmad bin Isa al-Muhajir.

Yang perlu dicatat adalah sehebat apapun keluargamu, sepintar apapun leluhurnya tetap saja, ilmu, kefaqihan, zuhud, dan penguasaan ilmu agama itu tidak diwariskan melalui jalur keturunan. Kakekku memang berilmu, tapi itu tidak serta merta otomatis ilmunya berpindah kepadaku begitu saja tanpa proses belajar. Mereka dihormati karena ilmunya, karena zuhudnya. Berbangga dengan leluhur itu boleh-boleh saja selama dalam kerangka untuk mencontohnya, mengambil ilmunya, dan motivasi mencoba menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Masih ingat jelas saat masih kecil, sering diceritain kakekku kesatu itu (ahmad bin hasan) orang yang pinter ilmu agama, di rumah mengelola masjid dan membesarkannya, ketika ceramah jum'at tak pernah membaca buku, beliau hanya membawa catatan kecil agar saat menyampaikan kutbah bisa untuk jaga-jaga kalau tiba-tiba lupa. Buku-buku bahasa Arab pun beberapa jilid tergeletak di rak buku rumah. Sayangnya aku tidak pernah melihat kakekku, beliau meninggal dua tahun sebelum aku lahir. Dan semenjak kakek meninggal, seluruh buku-buku bahasa arab yang ada di rumah tak pernah dibaca dan dikaji lagi. dari semua putra-putri kakek tak ada lagi yang bisa berbahasa arab atau setidaknya menempuh pendidikan pesantren. pun dengan saya sendiri, semenjak kecil sampai sekarang belum pernah juga mengenyam pendidikan pesantren, klo yang di jogja ini dianggep nyantri berarti nyantrinya ya hanya akhir-akhir saja.

Nah, mungkin teman-temanku sering bertanya "fahmi, ngapain kamu belajar bahasa arab dan sastra Arab?". Jujur, saya dulu pernah berjanji dengan diri sendiri "suatu saat saya harus bisa bahasa Arab, dan membaca kitab-kitab yang tergeletak di rumah" itu dulu saya ucapkan saat masih SMP. dan taqdir Allah membawaku pada keadaan saat ini. 

salah satu kitab milik kakek, Qishas al-anbiya'



semoga Allah menjadikanku orang yang mampu terus belajar memahami agamanya. semoga allah memberkahi kita semua...

0 komentar:

Post a Comment