Sunday, February 2, 2014

Khauf dan Roja’

copas dari kulsap grup ODOJ MJR-SJS, pas giliran ane kulsap di grup, saya repost di sini, semoga bermanfaat. kulsap segini panjang?? mane ada.. #haha

Dalam kehidupan seorang mu’min dua hal selalu hadir dan harus selalu hadir dalam dirinya secara proporsional, hal itu adalah khauf (takut) dan raja’ (harapan). Khauf (takut) di sini secara istilah dimaknai dengan takut akan siksa dan azab karena dosa. Sedangkan roja’ (harapan) dimaknai dengan pengharapan atas kemurahan, pengampunan dan kasih sayang Allah. Keduanya harus proporsional hadir dalam diri kita, jika seseorang khauf-nya lebih besar maka dia akan selalu dirundung galau gundah gulana karena terlalu takut akan azab Allah. Begitu juga jika seseorang terlalu besar roja’-nya , dia akan terlalu pede dalam melakukan dosa “ah entar aja, Allah kan maha pengampun dan maha penyayang.. ntar habis ini kita taubat”. Sikap proporsional itu tercermin dari perilaku kita sehari-hari, kita takut terhadap dosa-dosa kita yang bisa menyebabkan datangnya azab dengan melakukan banyak istighfar, memohon ampun dan taubat dari segala dosa. Dan di sisi lainnya mengharap Allah memberikan rahmatnya agar diberikan kasih sayang dari Allah swt. Penegasan pemahaman ini dinyatakan rasul saw dalam hadisnya, “seandainya mu’min mengetahui siksa di sisi Allah swt, maka dia tidak berharap untuk masuk surge. Dan seandainya seorang kafir mengetahui rahmat di sisi Allah, maka dia tidak takut untuk masuk neraka” (HR Muslim)
Ada istilah lain dalam al-Qur’an yakni “khasy-yah” yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan kata ‘takut’, namun sejatinya maknanya berbeda dari sekedar takut. Kalau khauf itu mencerminkan ketidakberdayaan secara lahiriah dan manusia tidak punya daya untuk menghindarinya (al-Insan 10). Kata “Khas-yyah” bermakna takut, segan karena hormat, patuh, dan tunduk karena kebesaran yang ditakutinya. Seperti dalam surat al-Hasyr, ketika Allah memberikan perumpamaan jika Al-Qur’an diberikan kepada gunung, maka gunung itu akan hancur karena min khasy-yatillah. Dalam ayat lain, orang yang paling takut (khasy-yah) adalah ulama’. Pun masih ditegaskan dalam hadis nabi, “aku ini adalah orang paling menyenal Allah, dan aku orang yang takut (khasy-yah) pada Allah (HR Muttafaqun ‘alaih).
Buah dari khauf yang ada dalam diri kita adalah agar kita senantiasa mawas diri, jujur mau mengakui keadaan dan mau menghisap diri sendiri karena ketakutan akan azab Allah. Yang dengan itu kita akan senantiasa sadar untuk memperbaiki kekurangan, dan bermuara pada menjauhi sombong, menjauhi iri dan dengki. Hal ini disarikan dalam sebuah qaul ulama’ “barang siapa takut kepada Allah maka dia bersungguh-sungguh dalam keta’atan”, dan qaul ulama’ lain juga menegaskan”orang yang takut bukanlah orang yang menangis, akan tetapi orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah swt dan rasulullah saw”.
Roja’ menjadi penyeimbang yang harus hadir dalam diri kita, agar ketika kita sadar akan kekurangan dan takut akan azab Allah, kita tidak akan jatuh pada kegundahgulanaan karena  masih ada Allah yang  memberi rahmat dan kebesarannya seperti dijelaskan dalam surah yusuf 87 dan surah az-zumar 53-56. Pun juga kita harus sadari bahwa kita bisa masuk surga bukanlah karena amalan-amalan kita, tetapi karena amalan kita menjadi sebab datangnya rahmat Allah. Seperti diungkapkan nabi dalam sebuah hadis, “la yudkhila ahadukum amalahu al-jannah, tidak ada seorangpun di antara kalian yang akan masuk karena amal-amal kalian saja”, para sahabat bertanya “wala anta ya rasulallah? Meskipun dirimu ya Rasulallah?”, “na’am, wala ana illa yataghammadaniya Allah bi rahmatin wa fadhlin. Ya bahkan diriku, kecuali Allah memberikan rahmat dan keutamaannya”. Demikian kulsap dari saya, kurang dan lebihnya mohon maaf, semoga kita senantiasa bisa menghadirkan khauf dan roja’ dalam diri kita secara proporsional. Semoga Allah mengampuni dan memberikan rahmatNya pada kita semua, aamiin.. wa Allahu a’lam bishawab.
Fahmi Basyaiban, 31 Januari 2014.

0 komentar:

Post a Comment