Friday, August 30, 2013

Mengurai Ikhlas

"ayah ikhlas itu seperti apa?"
"anakku, ayah tak bisa menjelaskan pada adik tentang ikhlas hari ini, namun ayah akan mengantarkan adik agar bisa memahami apa itu ikhlas. bagaimana? adik mau?"
"iyaaa... mauu" jawabnya dengan antusias.

"sekarang adik bilang sama ibu, ‘bu minta dua cabe merah besar’ “
“baik yah”
Beberapa menit kemudian buah hatiku muncul dengan mimik semangat khas anak kecil, sementara itu sepetak kecil tanah di halaman belakang sudah selesai dicangkul, diratakan, dan kemudian aku bagi menjadi dua ukuran persegi.

“Ayaah! Ini cabenya”
“ Terimakasih adik.. sekarang kita belah salah satu cabenya, kita keluarkan bijinya. Cabe nya yang lain kita biarkan begitu saja”

Aku hanya bisa banyak bersyukur, melihat buah hatiku begitu antusiasnya melakukan semua hal ini.
“sudah yah… ini bijinya dah adik keluarkan semuanya”
"sekarang biji cabenya ditaburkan di tanah yang tadi sudah ayah buat, setelah selesai kita tutup dengan tanah gembur, tapi jangan banyak-banyak ya"
"sudah semua yah, terus kotak tanah yang satunya buat apaan yah?"
"itu cabe yang masih utuh adik taruh saja, di kotak tanah yang satu. gak usah dibelah, dan gak usah ditabur tanah. habis ini setiap pagi hari kita siram kotak tanah yang sudah ditabur biji cabe tadi"

satu minggu berlalu, adik begitu antusias melihat perubahan dari biji-biji cabe yang sudah dia rawat sejak satu minggu yang lalu.

"ayah.. dari dalem tanah muncul daun tunas muda, tapi dari kotak yang satunya cabenya malah busuk"
hmmm.. aku hanya bisa tersenyum melihat apa yang sudah terjadi. kini saatnya menjawab pertanyaan satu minggu yang lalu.
"adik.... adik minggu kemaren bertanya ke ayah kan tentang 'apa itu ikhlash?'.. sekarang ayah mau menjelaskan. sini mendekat ke ayah"
"waaahh... baiklah yah"
"keikhlasan itu seperti saat engkau menyebar biji cabe di atas tanah, dan engkau menaburkan tanah gembur untuk menutupinya. keikhlasan itu adalah sebuah kebaikan yang dimulai dengan niat yang tersembunyi seperti saat kau menyembunyikan biji cabe dengan tanah gembur. kita yakin dari niat itu akan menghasilkan kebaikan yang lebih besar. ketika engkau menyiram biji cabemu setiap pagi itu sama halnya dengan engkau memelihara kelurusan niatmu dalam rangka menjaga keikhlasanmu. dari hal yang engkau persiapkan, kau bisa melihat bahwa rentetan kejutan dan kebaikan yang lebih besar akan datang dari usahamu menjaga dan merawat biji cabemu. engkau dapatkan pohon-pohon cabe yang banyak jumlahnya, yang kelak juga akan menghasilkan cabe lebih banyak ketika kau bertahan menjaga keikhlasanmu. namun sebaliknya, ketika kau seenaknya sendiri dalam sejak awal dalam mengelola niat dengan menunjukkan ke orang lain dengan niat pamer, maka itu seperti cabe yang hanya kau lempar ke tanah, tanpa kau bedah isinya, dan tanpa kau sembunyikan, maka dia hanya akan menjadi busuk dan tak berguna.
ingatlah anakku, keikhlasan kerangkanya adalah amalan dan ruhnya adalah niat yang tersembunyi di dalamnya"

0 komentar:

Post a Comment